iklan banner

Sabtu, 02 Februari 2019

Enyak Lupa


Entah karena memang faktor usia atau sebab tiga lolli Milkita tak lagi sama dengan segelas susu. Enyak jadi pelupa.

Mulai dari lupa angkat jemuran, lalu malah hujan yang disalahkan. Sampai merajuk enggak mau turun lagi. Kemarau panjang, air langka, jadilah tayamum berjamaah.

Hingga saat Enyak menyingsingkan lengan daster, sambil ngemut permen lolli Milkita favoritnya beliau mengancam kalau hujan enggak mau turun juga, Enyak yang akan naik. Takluk, akhirnya hujan turun begitu derasnya. Kebasahan, lagi-lagi Enyak murka. Sabar ya, jan.

Enyak juga mulai lupa nama anak-anaknya. Sekadar informasi, Enyakpunya empat orang anak yang kesemuanya punya lubang hidung dua.

Anak-anaknya yang perempuan, yaitu aku, Izah, dan Zahro punya hobi yang sama. Mengkoleksi hijab. Tak jarang apa yang dimiliki salah satu akan jadi rebutan yang lainnya. Kecuali pacar, itu rebutnya diam-diam.

Sedangkan, Zul, si anak ketiga ini berbeda. Karena laki-laki jadi dia mengkoleksi high heels. Buat di jual maksudnya.

"Eh, Zul, beliin Milkita ke warung," sahut Enyak di depan televisi.

Karena tak merasa terpanggil aku diam saja.

"Bocah, dipanggil orang tua diem-diem bae," rutuk Enyak.

"Enyak manggil Zul 'kan?" Alisku bertaut.

"Maksudnya Elu, Zah," kilah Enyak.

"Apa, Nyak?" sahut Izah, nongol dari dalam magic com.

"Bukan, maksud Enyak, Zahro."

"Aye, Nyak?" Zahro muncul dari kolong daster Enyak.

"Bukan, etdah, susah amat ya." Enyak mulai kesal.

"Aye Saroh, Nyak-"

"Nah, itu maksudnya Elu Saroh," sela Enyak, "Sana, beli tiga lolli Milkita."

Setelah menerima titah, aku pun beranjak.

"Eh, lupa. Sekalian beli sabun colek ya, Zah,” sahut Enyak lagi.

“Aye Saroh, Nyak!” rutukku.


 Rine Nopianti
Cirebon, 17 Desember 2018.



EmoticonEmoticon