Walau
sabtu malam berganti nama malam minggu, kita tetap hanya jadi aku dan kamu.
Barangkali
terlalu muluk berharap, sementara kau terus melempar senyum padaku tanpa
syarat. Juga tanpa makna pada waktu yang bersamaan.
Apa
mungkin ini tanda aku mulai lelah, menjadi sumber tawa juga bahagiamu tanpa
pernah bisa menjelaskan rasaku.
Aku
pernah mencobanya, mengisyaratkan betapa kau lebih dari berarti. Tapi aku
sadar, kau hanya mendengar tanpa memahami yang kusampaikan. Upayaku, berakhir
sampai di situ. Mencoba berdamai dengan keadaan, tetap bisa bersamamu telah
cukup.
...
"Miko,
aku sedih," ucapmu dengan wajah tertunduk lesu.
Kamu
datang ke tempat yang tepat. Beri aku waktu lima menit, kau akan kembali tersenyum,
batinku.
Peristiwa
penting apa dalam hidupmu yang tak kuketahui. Mulai dari kau jatuh hati, sampai
bila cintamu patah kembali. Aku ada di sini.
Lima
menit yang kujanjikan pun berlalu. Kau telah lupa akan sedih yang tadi dibicarakan
padaku.
Berlarian,
saling kejar sambil tertawa. Sampai kita sama-sama tersungkur kelelahan.
"Gemas
aku sama kamu, Miko," ungkapmu. Pasrah saja kubiarkan kau mencubit pipiku
dengan kedua tangan lembutmu.
Kau
pasti tau itu sakit, tapi, terkadang memang cinta sesakit itu bukan?
"Makasih
ya, Miko. Kamu selalu buat aku ketawa," katamu lagi.
Apa
aku patut berbangga? Saat sering kauucap bahwa sekali pun hanya diam, cukup
dengan bersama kau akan bahagia. Aku menjadi makhluk tak tau diri, sejak mulai
mengharapkanmu. Mengingkari kenyataan bahwa kita memang tak mungkin lebih dari
ini.
Mungkin
selamanya takdirku memang hanya untuk menjadi pengobat sepimu. Pelarian sedih,
juga tempat berlabuh hanya jika dunia tak tersenyum padamu.
Seperti
malam ini, padam senyummu entah apa terjadi. Aku memilih tak bertanya, seperti
biasa.
Menghampirimu
saja. Yang kutau hadirku selalu bisa kau terima, apa pun rupa suasana hatimu.
Menyadari
hadirku, seketika senyum menggantikan murung wajahmu. Erat kau memelukku,
menciumiku, kubiarkan saja jemari halusmu itu membelai tubuhku sesukamu.
"Miko
... Miko ... Miko," suaramu. Kau
sangat suka menyebut namaku berulang kali.
Ah,
andai saja aku bisa menjadi sepertimu, menjadi manusia.
"Meeeoow,"
jawabku. Kau pasti mengerti, iya kan?
Cirebon, 04 September
2018.
Rine Nopianti
EmoticonEmoticon