iklan banner

Rabu, 05 Desember 2018

Kesayangan



Walau sabtu malam berganti nama malam minggu, kita tetap hanya jadi aku dan kamu.

Barangkali terlalu muluk berharap, sementara kau terus melempar senyum padaku tanpa syarat. Juga tanpa makna pada waktu yang bersamaan.

Apa mungkin ini tanda aku mulai lelah, menjadi sumber tawa juga bahagiamu tanpa pernah bisa menjelaskan rasaku.

Aku pernah mencobanya, mengisyaratkan betapa kau lebih dari berarti. Tapi aku sadar, kau hanya mendengar tanpa memahami yang kusampaikan. Upayaku, berakhir sampai di situ. Mencoba berdamai dengan keadaan, tetap bisa bersamamu telah cukup.
...
"Miko, aku sedih," ucapmu dengan wajah tertunduk lesu.

Kamu datang ke tempat yang tepat. Beri aku waktu lima menit, kau akan kembali tersenyum, batinku.

Peristiwa penting apa dalam hidupmu yang tak kuketahui. Mulai dari kau jatuh hati, sampai bila cintamu patah kembali. Aku ada di sini.

Lima menit yang kujanjikan pun berlalu. Kau telah lupa akan sedih yang tadi dibicarakan padaku.

Berlarian, saling kejar sambil tertawa. Sampai kita sama-sama tersungkur kelelahan.

"Gemas aku sama kamu, Miko," ungkapmu. Pasrah saja kubiarkan kau mencubit pipiku dengan kedua tangan lembutmu.

Kau pasti tau itu sakit, tapi, terkadang memang cinta sesakit itu bukan?

"Makasih ya, Miko. Kamu selalu buat aku ketawa," katamu lagi.

Apa aku patut berbangga? Saat sering kauucap bahwa sekali pun hanya diam, cukup dengan bersama kau akan bahagia. Aku menjadi makhluk tak tau diri, sejak mulai mengharapkanmu. Mengingkari kenyataan bahwa kita memang tak mungkin lebih dari ini.

Mungkin selamanya takdirku memang hanya untuk menjadi pengobat sepimu. Pelarian sedih, juga tempat berlabuh hanya jika dunia tak tersenyum padamu.

Seperti malam ini, padam senyummu entah apa terjadi. Aku memilih tak bertanya, seperti biasa.

Menghampirimu saja. Yang kutau hadirku selalu bisa kau terima, apa pun rupa suasana hatimu.

Menyadari hadirku, seketika senyum menggantikan murung wajahmu. Erat kau memelukku, menciumiku, kubiarkan saja jemari halusmu itu membelai tubuhku sesukamu.

"Miko ... Miko ... Miko," suaramu. Kau sangat suka menyebut namaku berulang kali.

Ah, andai saja aku bisa menjadi sepertimu, menjadi manusia.

"Meeeoow," jawabku. Kau pasti mengerti, iya kan?




Cirebon, 04 September 2018.


Rine Nopianti


EmoticonEmoticon